Rabu, 10 Juli 2013

TI dalam Bimbingan dan Konseling Pribadi

Oleh Alfian Hendra Kusuma
11.0301.0057
A.    Bimbingan dan Konseling Pribadi
1.      Pengertian bimbingan dan konseling pribadi
Menurut Sukardi (2008: 53) dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling di SMP, SMA/SMK membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Sejalan dengan pendapat di atas menurut Tohirin (2007: 123-124) bimbingan pribadi adalah jenis bimbingan yang membantu siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadinya. Masalah atau problem siswa yang berlarut-larut akan mengakibatkan frustasi dan neurosis. Masalah timbul karena siswa merasa kurang berhasil dalam menghadapi dan menyesuaikan dirinya sendiri.
Jadi bidang pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam menilai dan mengembangkan kecakapan, minat, bakat, dan karakteristik kepribadian diri sendiri untuk mengembangkan diri sendiri secara realistik.
2.      Tujuan bimbingan dan konseling pribadi
Berdasarkan dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa bimbingan pribadi bertujuan membantu individu agar bisa memecahkan masalah-masalah pribadi yang muncul dalam diri individu. Tujuan umum bimbingan pribadi adalah membantu memandirikan individu dalam hidupnya dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal. Tujuan umum ini diarahkan pada pengenalan diri sendiri dan lingkungan. Tujuan-tujuan tersebut secara lebih khusus lagi dapat dirumuskan dalam bentuk berbagai kompetensi yang perlu dimiliki bagi keefektifan kehidupan individu sehari-hari, termasuk kompetensi dalam mengantisipasi, menangani dan memecahkan suatu masalah.
Dalam hal ini Prayitno (2006: 23) menjelaskan bahwa tujuan bimbingan pribadi dimaksudkan siswa dapat mengenal kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal untuk mengenal lingkungannya dan merancanakan masa depannya. Pengenalan siswa terhadap lingkungannya dapat diartikan bahwa siswa dapat mengenal secara objektif lingkungannya, baik sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sarat dengan nilai dan norma, maupun lingkungan fisik, dan menerima berbagai kondisi lingkungan tersebut secara positif dan dinamis. Pengenalan lingkungan ini meliputi lingkungan rumah, sekolah, alam dan masyarakat sekitarnya, dengan tujuan agar menunjang proses penyesuaian diri siswa dengan lingkungannya, serta dapat memanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan berkelanjutan.
Dengan bimbingan pribadi dan pengenalan lingkungan tersebut, dimaksudkan agar siswa mampu bersikap disiplin dan bisa bertanggung jawab dengan masa depannya sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir, maupun bidang kehidupan berbudaya, keluarga, dan kemasyarakatan. Secara lebih rinci syamsu yusuf (2009: 53-54) menyatakan bahwa bimbingan pribadi bertujuan membantu siswa agar mampu mengembangkan kompetensinya sebagai berikut:
a.       Memiliki komitmen untuk mengamalkan nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja maupun masyarakat pada umumnya.
b.      Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan antara yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, dan mampu meresponnya secara positif dan bersikap bersyukur dan bersabar.
c.       Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik tentang keunggulan dan kelemahan maupun psikis dan fisik.
d.      Memiliki sikap positif dan respek terhadap diri sendiri (tidak merasa rendah diri.
e.       Memiliki pemahaman tentang potensi diri dan kemampuan untuk mengembangkannya secara produktif dan melalui cara yang kreatif.
f.       Memiliki kemampuan untuk melakukan secara sehat, atau pengambilan keputusan secara mandiri sesuai dengan nilai agama, etika dan nilai budaya.
g.      Memiliki kemampuan untuk merawat dan memelihara diri, sehingga menampilkan performanceyang menarik.
h.      Memiliki kemampuan untuk mengelola stress.
i.        Memiliki sikap optimis dalam menghadapi kehidupan dan masa depan.
3.      Aspek-aspek bimbingan dan konseling pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi , pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa, mantap, mandiri, serta sehat jasmani dan rohani. Bidang ini dirincikan sebagai berikut:
a.       Pengembangan sikap dan wawasan pribadi terhadap melalui sikap dan kebiasaan yang menunjukkan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa
b.      Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya di tengah masyarakat.
c.       Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat yang dimiliki individu tersebut dan bagaimana cara konselor untuk menyalurkan bakat anak tersebut agar tidak salah tersalurkan.
d.      Pemantapan tentang bagaimana anak tersebut memahami kekurangan dirinya dan bagaimana ia dapat mengatasi kekurangan dirinya.
e.       Pemantapan kemampuan pengambilan keputusan bagi peserta didik.
f.       Pemantapan dalam menjalankan pilihan hidup.
4.      Bentuk bimbingan dan konseling pribadi
Bidang BK pribadi ini notabene harus tetap diberikan kepada seluruh siswa, baik siswa yang bermasalah atau tidak. Bentuk-bentuk Bimbingan pribadi sebagaimana dijelaskan oleh Tohirin (2007: 125-126), ada beberapa macam bentuk layanan bimbingan pribadi, yaitu :
a.          Layanan informasi. Informasi tentang tahap-tahap perkembangan dapat mencakup perkembangan : fisik,  motorik, bicara, emosi, sosial, penyesuaian sosial, bermain, kreativitas, pengertian, moral, seks, dan perkembangan kepribadian. Sedangkan informasi tentang keadaan masyarakat dewasa ini dapat mencakup informasi tentang  ciri-ciri masyarakat maju, makna ilmu pengetahuan, dan pentingnya IPTEK bagi kehidupan.
b.      Pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berkenaan dengan layanan bimbingan pribadi dapat mencakup identitas individu seperti nama lengkap, nama panggilan, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, bahasa daerah, anak ke, orang tua dan lain-lain, kejasmanian dan kesehatan, riwayat pendidikan, prestasi, bakat, minat, dan lain-lain.
c.       Orientasi. Layanan orientasi bidang pengembangan pribadi mencakup : suasana, lembaga dan obyek pengembangan pribadi seperti lembaga pengembangan bakat, pusat kebugaran dan latihan pengembangan kemampuan diri, tempat rekreasi, dan lain sebagainya.
5.      Materi dan pokok-pokok bimbingan dan konseling pribadi
Materi dan pokok-pokok yang terkandung dalam bidang bimbingan pribadi menurut Mugiarso, dkk (2004: 52) adalah sebagai berikut.
a.       Pemantapan sikap-sikap kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
b.      Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dari pengembangan untuk kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk perannya di masa depan,
c.       Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangan melalui kegiatan yang kreatif dan produktif,
d.      Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha penanggulangannya,
e.       Pemantapan kemampuan mengambil keputusan,
f.       Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya,
g.      Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.
Menurut Ma’mur Asmani (2010: 112-113) bimbingan pribadi ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
a.       Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
b.      Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangan untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun peranannya di masa depan,
c.       Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha penanggulangannya,
d.      Pemantapan kemampuan dalam mengambil keputusan,
e.       Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambilnya,
f.       Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan secara efektif, dan
g.      Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan materi dan pokok-pokok bimbingan pribadi yaitu tentang pemantapan sikap tentang ketaqwaan,  pemantapan sikap tentang kekuatan diri yang produktif, pemahaman tentang kelamahan diri dan penanggulangannya, kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan mengarahkan diri dan pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.
Pokok-pokok dalam bimbingan pribadi sebagai berikut:
a.       Penanaman dan pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b.      Penanaman dan pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranan dimasa depan
c.       Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan kegiatan yang kreatif dan produktif;
d.      Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya
e.       Pemantapan kemampuan mengambil keputusan
f.       Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya
g.      Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.
Secara lebih rinci pokok-pokok materi bidang layanan Bimbingan dan konseling pribadi untuk jenjang SD, SMP, SMA di bedakan sebagai berikut:
a.       Bidang Bimbingan Pribadi: Sekolah Dasar
1)      Penanaman sikap dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2)      Pengenalan dan pemahaman tentang kekuatan diri sendiri dan penyalurannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, maupun perannya di masa depan.
3)      Pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
4)      Pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan diri sendiri dan usaha-usaha penanggulangannya.
5)      Pengembangan kemampuan pengambilan keputusan sederhana dan mengarahkan diri.
6)      Perencanaan serta penyelenggaraan hidup sehat.
b.      Bidang Bimbingan Pribadi: Sekolah Menengah Pertama
1)      Pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2)      Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, di masyarakat maupun untuk perannya di masa depan.
3)      Pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif.
4)      Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya.
5)      Pemahaman dan pengamalan hidup sehat.
c.       Bidang Bimbingan Pribadi: Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
1)      Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2)      Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk perannya di masa depan.
3)      Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
4)      Pemantapam pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
5)      Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
6)      Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.
7)      Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.
6.      Pelaksanaan bimbingan dan konseling pribadi
Layanan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dalam beberapa cara, tergantung kepada sifat permasalahannya, jumlah siswa, kesiapan tenaga pembimbing, tersedianya waktu dan tempat. Berdasarkan pedoman pelayanan bimbingan dan konseling (Sarono, 2008)  bentuk kegiatan layanan bimbingan pribadi meliputi:
a.       Dengan cara individual, yaitu bentuk layanan bimbingan pribadi yang melayani peserta didik secara perorangan.
b.      Dengan cara kelompok, yaitu bentuk layanan bimbingan pribadi yang melayani sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.
c.       Dengan cara klasikal, yaitu bentuk layanan bimbingan pribadi yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu kelas.
d.      Dengan cara lapangan, yaitu bentuk layanan bimbingan pribadi yang melayani seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.
e.       Dengan cara pendekatan khusus, yaitu bentuk layanan bimbingan pribadi yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.
Dalam pelaksanaan layanan bimbingan pribadi di sekolah, perlu dirancang program bimbingan yang akan dijadikan acuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah pribadinya dengan menggunakan berbagai cara sesuai dengan rancangan program bimbingan dan konseling yang dijadikan acuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.



B.     Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan pemrosesan tertentu (Haag dan Keen, 1996). Teknologi informasi tidak hanya sebatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Martin, 1999). Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video (Williams dan Sawyer, 2003).
Dari ketiga pengertian di atas, maka pengertian teknologi informasi dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah gabungan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh individu (brainware).
C.     TI dalam BK Pribadi
Sebagai salah satu profesi yang memberikan layanan sosial atau layanan kemanusiaan maka secara sadar atau tidak keberadaan profesi bimbingan konseling berhadapan dengan perubahan realitas baik yang menyangkut perubahan-perubahan pemikiran, persepsi, demikian juga nilai-nilai. Perubahan yang terus menerus terjadi dalam kehidupan, mendorong konselor perlu mengembangkan awareness, pemahaman, dan penerapannya dalam perilaku serta keinginan untuk belajar, dengan diikuti kemampuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan yang serupa.
Konselor akan menjadi agen perubahan serta pembelajar yang bersifat kontinyu. Layanan Bimbingan dan Konseling menjadi sangat penting karena langsung berhubungan langsung dengan siswa. Hubungan ini tentunya akan semakin berkembang pada hubungan siswa dengan siswa lain, guru dan karyawan, orang tua / keluarga, dan teman-teman lain di rumah. Selanjutnya bagaimana pengaruhnya dengan pembelajarannya di sekolah, sosialisasi dengan teman, saudara baik di sekolah dan di rumah. Dan tentu saja dengan prestasinya di bidang akademik dan non akademik.
Berarti layanan bimbingan dan konseling harus didukung sistem yang baik sehingga. Layanan ini bisa dilaksanakan dengan lebih komprehensif. Dukungan layanan ini dapat diperoleh dari tersedianya data yang akurat yang sepertinya untuk saat ini sangat tepat apabila data tersebut didapatkan dari system komputasi. Agar bisa bertahan dan diterima oleh masyarakat, maka bimbingan dan konseling harus dapat disajikan dalam bentuk yang efisien dan efektif yatiu dengan menggunakan ICT atau dengan kata lain harus melibatkan teknologi informasi, khususnya teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling.
Dunia teknologi telah merajai dunia, siapa yang menguasai teknologi maka ia menguasai dunia. Nampaknya juga BK harus mensinergiskan dengan teknologi yang sedang berkembang. Pesatnya komputer dan penyebarannya ternyata tidak berbanding lurus dengan perkembangan dunia konseling. Berbagai masalah dan tantangan dalam menggunakan ICT dalam dunia konseling dapat dikemukakan oleh pendapatnya Rahardjo (2000), Hardhono (2002) dalam (Nurhudaya : 2005) antara lain :
a.       Keragamaan teknologi
b.      Kurang mampu membeli ICT
c.       Kurang kesadaran akan ketepatan penggunaan ICT
d.      Informasi yang kurang komperhensif
e.       Terlalu terikat dengan menu pokok
f.       Keamanan
g.      Kolaborasi.
Kompetensi yang dimiliki konselor sekolah dalam menghadapi dunia teknologi nampaknya masih jauh. Hal ini dapat berakibat menjadi kultur shock antara teknologi dan kemapuan teknologi. Oleh karenanya konselor harus memiliki skill yang siap menghadapi konseli di dunia ICT ini.
Salah satu imbas teknologi informasi dalam BK diantaranya pada penyelenggaraan dukungan sistem. Dukungan sistem dapat berupa sarana-prasarana, sistem pendidikan, sistem pengajaran, visi-misi sekolah dan lain sebagainya. Berbicara sarana-prasarana, memasuki dunia globalisasi dengan pesatnya teknologi dan luasnya informasi menuntut dunia konseling untuk menyesuaikan dengan lingkungannya agar memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
Oleh karenanya sekarang ini sedang berkembang apa yang dinamakan cyber-counseling. Pada hakikatnya penggunaan cyber-counseling merupakan salah satu pemanfaatan IT dalam dunia bimbingan dan konseling. Strategi layanan konseling yang harus diperhatikan dalam pelayanan konseling pada era globalisasi yaitu penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan pendekatan lintas budaya. Berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) perlu dikolaborasikan dengan bimbingan dan konseling.
Penggunaan ICT dalam konseling mengarah pada pengembangan media konseling. Selain dapat dilakukan melalui tatap muka, konseling dapat dilakukan secara jarak jauh. Beberapa diantaranya sebagai berikut.
a.       Konseling melalui telepon
b.      Konseling melalui video-phone
c.       Konseling melalui radio atau televise
d.      Konseling berbantuan computer
e.       Konseling melalui internet
f.       Konseling melalui surat magnetik (disket ke disket)


Rabu, 26 Juni 2013

makalah wawancara

WAWANCARA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pemahaman Individu Teknik Non Tes
Dosen Pengampu : Dr. M Japar, M.Si dan   Nofi Nur Yuhenita S.Pd.



Kelompok :

1.       Nita Anggar Sari  ( 11.0301.0055)
2.       Alfian Hendra Kusuma  (11.0301.0057)
3.       Diara Wahyusetyaningrum  (11.0301.0059)
4.       Suharyani  (11.0301.0062)





UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
BIMBINGAN KONSELING
2012
BAB I
                                                                                PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk  mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.  Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data, atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode primer. Sebaliknya jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode perlengkap. Pada saat-saat tertentu metode wawancara digunakan orang untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan semacam itu metode wawancara akan menjadi batu pengukur atau kriterium.
Dalam tiga golongan fungsi itu tidak implicit bahwa golongan yang satu mempunyai harga yang lebih tinggi dari yang lain. Sebagai metode primer wawancara mengemban tugas yang sangat penting. Sebagai pelengkap metode wawancara menjadi sumber informasi yang sangat berharga, dan sebagai kriterium ia menjadi alat yang memberikan pertimbangan yang memutuskan. Ditinjau dari segi itu adanya tiga fungsi pokok itu justru memperlihatkan bahwa interview merupakan suatu metode yang serba guna.
Dalam proses interview terdapat 2 (dua) pihak dengan kedudukan yang berbeda. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau informan. Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan atau penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dengan kata-kata lain), mengingat-ingat dan mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan). Pihak interviewee diharap mau memberikan keterangan serta penjelasan, dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya. Kadang kala ia malahan membalas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pula. Hubungan antara interviewer dengan interviewee itu disebut sebagai “a face to face non-reciprocal relation” (relasi muka berhadapan muka yang tidak timbal balik). Maka interview ini dapat dipandang sebagai metoda pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan research (Kartono, 1980: 171).
B.      Rumusan Masalah
C.      Tujuan




BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian

Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Lexy J, 2006 :186).
Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.
Menurut Banister dkk (1994 dalam Poerwandari 1998: 72 - 73) wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Denzin & Lincoln (1994: 353) interview merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat yang netral, pewawancara menciptakan situasi tanya jawab yang nyata. Dalam situasi ini jawaban-jawaban diberikan. Maka wawancara menghasilkan pemahaman yang terbentuk oleh situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus. Metoda tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu pewawancara, termasuk ras, kelas, kesukuan, dan gender.
Menurut Kerlinger (terjemahan Simatupang, 1990: 770 – 771) wawancara (interview) adalah situasi peran antar-pribadi berhadapan muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai, atau informan.

B.      Tujuan wawancara
1)      Untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dankondisi tertentu
2)       Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3)      Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orangtertentu.
4)      Untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi serta memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

C.      Bentuk-bentuk wawancara
  1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
  2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
  3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
  4. Wawancara pribadi.
  5. Wawancara dengan banyak orang.
  6. Wawancara dadakan / mendesak.
  7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.

D.    Fungsi-fungsi

1.      Wawancara dapat mengumpulkan atau menyampaikan informasi, mempengaruhi sikap orang-orang dan kadang-kadang mempengaruhi perilaku mereka
2.       Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal
3.       Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan mendapatkan jawaban dari responden.

E.     Jenis-jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1.Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang  arah pertanyaan tidak terkendali.
2. Wawancara terpimpin
Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.
3.      Wawancara bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.
Menurut Floyd G. Arpan dalam Toward Better Communications, berdasarkan bentuknya, wawancara dapat dikelompokkan ke dalam tujuh jenis, yaitu:
1. Wawancara sosok pribadi (personal interview)
2. Wawancara berita (news interview)
3. Wawancara jalanan (man in the street interview)
4. Wawancara sambil lalu (casual interview)
5. Wawancara telepon (telephone interview)
6. Wawancara tertulis (written interview)
7. Wawancara kelompok (discussion interview)
Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi dua yaitu :
a. Wawancara berstruktur
wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur
 wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.
                                      
F.      Sikap – Sikap yang Harus dimiliki oleh Pewawancara
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
  • Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
  • Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
  • Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun keberadaannya.
  • Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.
Pengarahan atau instruksi yang perlu diperhatikan oleh pewawancara (interviewers) meliputi pedoman-pedoman sebagai berikut:
a.       Tidak pernah “terjebak” dalam penjelasan yang panjang dari studi itu; gunakan penjelasan standar yang diberikan pengawas. (“Never get involved in long explanations of the study; use standard explanation provided by supervisor”).
b.      Tidak pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan atau rumusan pertanyaan. (“Never deviate from the study introduction, sequence of questions, or question wording”).
c.       Tidak pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi wawancara, jangan membiarkan individu lain menjawab untuk responden, atau memberikan saran, atau pandangannya pada pertanyaan itu. (“Never let another person interupt the interview; do not let another person answer for the respondent or offer his or her opinions on the questions”).
d.      Tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak setuju dengan suatu jawaban. Jangan memberikan kepada responden suatu ide dari pandangan pribadi anda pada topik dari pertanyaan atau survey. (“Never suggest an answer or agree or disagree with an answer. Do not give the repondent any idea of your personal views on the topic of questions or survey”).
e.      Tidak pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya mengulangi pertanyaan dan memberikan instruksi atau klarifikasi seperti yang diberikan dalam latihan atau oleh pengawas. (“Never interpret the meaning of a question; just repeat the questions and give instructions or clarifications that are provided in training or by supervisors”).
f.        Tidak pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-kategori jawaban, atau membuat perubahan susunan kata-kata. (“Never improvise, such as by adding answer categories, or make wording changes”) (Denzin & Lincoln, 1994: 364).





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

   Wawancara (interview) merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. Karena wawancara itu dirancang oleh pewawancara, maka hasilnya pun dipengaruhi oleh karakteristik pribadi pewawancara.  Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan mendapatkan jawaban dari responden.
Wawancara sering dihubungkan dengan pekerjaan jurnalistik untuk keperluan penulisan berita yang disiarkan dalam media massa. Namun wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya, penelitian atau penerimaan pegawai. Wawancara dapat disamakan dengan obrolan. Namun ada perbedaan mendasar antara obrolan biasa dengan wawancara. Hal-hal yang membedakan tersebut adalah tujuannya, hubungan antara narasumber dan pewawancara, tata krama, dan batasan waktunya.
B.      Saran
Sebaiknya pertanyanyaan yang diajukan untuk narasumber disusun secara baik , rapi  dan menggunakan bahasa yang sopan, tidak menyinggung  perasaan narasumber dan harus sesuai prosedur dan tepat sasaran.
Pewawancara dan narasumber sebaiknya harus bersikap terbuka dalam pelaksanaan wawancara.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.amheru.staff.gunadarma.ac.id/

http://teorikuliah.blogspot.com/2009/09/pengertian-wawancara-tv-tujuan-dan.html


http://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara